July 27, 2010

Makan malam yang 'sakral' di dalam keluarga

Entah kenapa tiba" muncul 'ilham' nulis tentang 'seberapa pentingnya makan malam di dalam keluarga' ketika lagi gosok gigi setelah makan malam sama keluarga. Gue jadi kepikiran waktu itu, apa jadinya ga ada acara makan malam dalam keluarga gue? Mungkin gue ga akan mendapatkan sebuah percakapan sama keluarga khususnya sama orang tua gue.

Entah kenapa dari dulu sampai sekarang di dalam keluarga gue, makan malam mungkin merupakan sesuatu yang 'sakral' dalam keluarga gue. Mungkin bagi keluarga lain merupakan hal yang biasa. Tapi gue mendapatkan perbedaan hanya di moment itu. Biasanya makan malam di keluarga gue antara sekitar pk. 18.30 sampai pk. 20.00 paling telatnya. Kalau dulu gue, kakak, dan adik gue selalu nunggu orang tua gue pulang kerja dan lalu kita semua makan malam bersama. Sebegitu sakralnya moment makan malam bersama keluarga buat gue dan keluarga ketika kita saling cerita satu sama lain tentang apa yang kita lewati pada seharian hari itu juga. Ga cuma cerita, terkadang bokap mengomentari dengan canda dan kita semua 1 keluarga ngerasain makan malam yang benar" nikmat dengan campuran percakapan yang kita lakukan. Walaupun masakan pada menu malam itu yang dinikmati mungkin tidak sesuai dengan selera salah satu anggota keluarga.

Mungkin itu semua hal yang biasa yang dilakuin banyak keluarga lain. Tapi waktu gue lagi gosok gigi setelah makan malam selesai, banyak pertanyaan yang tiba" muncul dengan sendirinya dan gue ga bisa menjawab itu semua. Pertanyaan" itu seperti,

"Apa jadinya ga ada acara makan malam di keluarga ini?"
"Apa jadinya kalau salah satu anggota di keluarga ini melewatkan kebersamaan saat makan malam?"
"Apa jadinya ga ada bokap yang selalu nimbrung dengan candanya dan sok gaul komentarin cerita anak-anaknya?"
"Apa jadinya ga ada nyokap yang jadi bahan ledekan kita semua di saat makan malam?"
"Apa jadinya ga ada kakak gue yang selalu cerita dan mendengarkan semua cerita yang lainnya terkadang dengan tawanya yang menggelegar tapi justru kita selalu kangen akan tawanya?"
"Apa jadinya ga ada adik gue yang juga jadi bahan ledekan kakak gue saat makan malam?"
"Dan apa jadinya ga ada gue mendengarkan semuanya bercerita dan kadang sedikit berkomentar?"

Itu semua sakral dan penting.

Hanya saat makan malam gue bisa merasakan kebersamaan, mendengarkan keluarga gue bercerita, bercanda sama", ketawa sama" karena di luar saat makan malam kita semua seperti ada jarak dan waktu yang terpisah antara satu dengan yang lainnya. Bokap dan nyokap yang selalu sibuk dengan kerjaan di siang hari, kakak yang kadang sibuk dengan pencarian kerjaannya atau mungkin dengan pacar, adik gue yang mungkin terlalu sok tahu dan sok dewasa dengan apa yang mungkin dia rasa cukup untuk hidup selalu foya" pergi dengan teman", makan dan menghabiskan uang atau cuma sekedar fitness, dan gue yang cuma bisa egois males"an di kamar atau bahkan juga pergi sama teman".

Mungkin gue dan kakak masih selalu menyempatkan waktu untuk makan malam sama orang tua gue, tapi adik gue punya 'waktu' untuk menyantap makan malamnya sendiri. Sangat jarang sekarang untuk gue dan yang lain melakukan makan malam yang se'sakral' dulu ketika kita semua masih kecil dan belum mengutamakan kepentingan sendiri. Tetapi gue selalu menjaga itu dan mengutamakan moment makan malam di dalam keluarga gue untuk ga akan pernah hilang walau ga se'sakral' dulu.

No comments: