July 26, 2013

Bingung mau kasih judul apa

Jadi,

Percuma punya bagian tubuh lengkap dan sehat, tapi kalau satu bagian tubuh tidak diperhatikan dan tidak berfungsi akan berpengaruh dengan bagian tubuh lain. Seperti punya mata, hidung, telinga, mulut lengkap dan sempurna, tapi (maaf) pantat/dubur tdak berfungsi baik sama aja. Kita bisa apa, kalau (maaf) pantat/dubur lagi ngambek dan gak mau berfungsi, semua seakan sia-sia. Perut mules tapi isi perut gak bisa dikeluarin karena si 'itu' ngambek. Pasti bakal jadi sakit semuanya. Kepala pusing, keringat dingin, gak nafsu makan.

Intinya sih cuma ini,

Walaupun hal yang sekecil apapun, paling hina sekalipun harus kita perhatikan. Gak cuma hal-hal yang kelihatan di mata saja yang diperhatikan. Sama untuk hal-hal lainnya yang ada di dunia.

July 9, 2013

Cuma 2000 perak

June 18th, 2013.

Saya sontak kaget dan bertanya-tanya. Ketika perjalanan menuju kantor, ada seorang ibu dan dua orang anaknya tiba-tiba memanggil saya dan meminta ongkos untuk naik angkutan umum. Semula saya tidak terlalu jelas apa yang dikatakannya, lalu saya mencoba mendekatinya dengan perasaan takut-takut. Takut dan cemas apakah si ibu benar hanya meminta uang atau ada modus lain seperti penipuan. Tapi saya mencoba memberanikan diri untuk mendekati dan menanyakan lagi apa yang dimintanya. Ternyata benar, ibu tersebut meminta ongkos untuk naik angkutan umum. Saya langsung mengatakan tidak punya uang receh lagi dan kebetulan saya juga ada keperluan untuk naik angkutan umum. Padahal saya mengantongi uang 2000an untuk naik angkutan umum juga. Ada tiga alasan saya awalnya tidak mau memberikan uang kepada si ibu, yaitu:

1. Saya melihat penampilan si ibu dengan dua orang anak. Ia tampak berkecukupan dengan penampilan setidaknya masih mampu untuk membayar ongkos angkutan umum yang hanya 2000 perak saja, Masa gak punya 2000 perak?

2. Saya malas mengambil uang receh lagi di dompet apalagi kondisinya saat itu sedang berada di pinggir jalan yang ramai dan rawan.

3. Saya takut dan cemas, jika saya sudah mengambil uang di dompet nanti jangan-jangan dompet saya diambil oleh orang lain yang berniat jahat atau diambil oleh si ibu.

Setelah beberapa detik diam dan memperhatikan si ibu dan dua orang anaknya, saya akhirnya membantu mereka. Salah satu anaknya memasang wajah memelas di depan saya sehingga membuat saya tidak tega juga dan berpikir, "Kenapa sih mau niat bantu tapi kok takut atau cemas?" Saya langsung membuka dompet untuk mengambil uang 2000an. Bodoh amat deh bagaimana nantinya, saya kasih dulu uangnya. Kalau-kalau nanti ada yang niat jahat mengambil dompet saya...yaaaa...sudah...Begitu pikir saya saat itu.

Saya memberikan uang 2000an itu kepada si anak. Dan mereka langsung tersenyum dan berterimakasih pada saya. Saya lalu meninggalkan ibu dan dua orang anaknya untuk menyeberang jalan. Ketika sudah sampai di seberang jalan, sambil menunggu angkutan umum, saya mengamati mereka masih berdiri di pinggir jalan. Entah mau kemana, kepentingannya apa, kenapa minta uang untuk ongkos naik angkutan umum padahal dilihat dari penampilan setidaknya mampu untuk bayar angkutan umum yang hanya 2000 perak, dan kenapa hanya minta 2000 perak? Apa jangan-jangan saya lagi ada di acara televisi yang program acaranya meliput orang yang ikhlas atau tidak membantu orang lain yang sedang kesusahan? Ah masa begitu.

Saya masih memikirkan kejadian tersebut seharian. Dan paling tidak jadi mempertanyakan niat saya yang sebenarnya ingin membantu orang tapi masih takut-takut dan cemas. Kenapa jadi saya berpikiran negatif terlebih dahulu sebelum saya berbuat sesuatu? Apa kalian pernah ada di posisi seperti itu? 

Saya percaya semua orang itu baik. Hanya kondisi dan situasi yang menyebabkan orang tidak melakukan hal-hal baik. Setiap orang pasti memiliki niat baik. Siapa sih yang tidak pernah menolong sesamanya? Pasti semua pernah. Entah itu untuk motif apa dan niatnya ikhlas atau tidak. Tapi terkadang niat yang baik saja tidak cukup tanpa keikhlasan dari diri kita masing-masing. Saya langsung mempertanyakan kebaikan saya. Saya ini ikhlas atau tidak sih sebenarnya? Cuma 2000 perak saja padahal tapi masih  mempertanyakan motif orang yang meminta bantuan.

Dasar manusia...masih aja selalu berpikiran negatif.

Saya berpikir lagi, ya ampun kenapa niat baik saya setengah-setengah. Di satu sisi saya mau sekali membantu dan di sisi lain saya takut. Menyesal rasanya kalau ternyata si ibu tadi memang pure hanya minta bantuan tanpa ada maksud jahat dan tadi sempat mengatakan ke ibu tersebut bahwa saya juga punya keperluan dan tidak membantu si ibu. Ingin rasanya mencabut semua ucapan saya terhadap si ibu.

Semua orang punya kebutuhan. Semua orang juga punya keperluan. Tapi masing-masing orang punya kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Mungkin mereka tidak punya uang 2000 perak, atau mungkin di luar sana memang masih banyak orang yang tidak semampu kita. Dan apa jadinya kalau saya tidak membantu si ibu dan dua orang anaknya? Terus apa jadinya kalau saya benar-benar memerlukan bantuan tapi tidak ada satu orang pun yang menolong saya. Sama sekali.

Ikhlas atau tidak adalah pilihan kita. Takut atau tidak juga pilihan kita. Semua hanya berawal dari niat.

June 9, 2013

Arisan vs kematian

Arisan dan kematian itu hampir sama. Sama-sama tunggu giliran siapa yang dipanggil duluan. Bedanya, kalau arisan maunya minta duluan bahkan berebutan biar dapat yang paling pertama, kalau mati gak ada yang mau minta duluan.

Mengerikan memang kalau bicara soal ini, tapi satu minggu kemarin ada hal yang membuat saya kembali berpikir tentang ini. Kematian pasti ada di setiap kehidupan manusia. Ada banyak hal yang kita takuti untuk mati bahkan beribu-ribu alasan untuk tidak mati dulu terkadang kita temui seperti ini:

Tuhan, jangan panggil saya dulu, saya belum kawin.
Tuhan, jangan panggil saya dulu, saya belum punya anak.
Tuhan, jangan panggil saya dulu, anak saya belum besar.
Tuhan, jangan panggil saya dulu, anak saya belum nikah.
Tuhan, jangan panggil saya dulu, saya belum dapat cucu.
Tuhan, jangan panggil saya dulu, cucu saya belum besar.
Tuhan, jangan panggil saya dulu, cucu saya belum nikah.
Tuhan, jangan panggil saya dulu, cucu saya belum punya anak.

Dan seterusnya...

Kita gak akan pernah tahu karena waktu bukan kita yang punya. Kematian dianalogikan seperti arisan. Pemainnya Tuhan dan para malaikat pencabut nyawa. Sudah ada nama-nama yang ditulis di kertas dan digulung lalu dimasukkan ke dalam wadah. Tinggal tunggu saatnya, Tuhan dan para malaikat akan mengambil salah satu kertas berisikan nama. Nama kita. Dan itu saatnya.

Kadang kita juga bingung kenapa harus kita duluan. Kenapa gak yang lain? Atau kenapa harus orang kita yang sayang dan cinta duluan? Kenapa gak kita yang duluan dipanggil? Semua terserah Tuhan.

Ada orang mati karena sudah berumur, ada yang karena sakit, ada yang karena kecelakaan, bahkan ada yang mati muda. Semuanya itu kita gak pernah tahu kapan saatnya dan alasan-alasan dibalik itu semua. Untuk yang mati muda misalnya, saya pernah baca begini:

Jadi jangan heran kalau ada orang yang baik tapi mati dalam umur yang relatif muda. Itu semua ada dalam rencana Tuhan, karena Tuhan tahu kalau orang baik ini dibiarkan hidup sampai lama suatu ketika orang ini akan terhilang. Jadi supaya jangan terhilang, orang-orang ini dipotong umurnya, cepat-cepat dipanggil Tuhan pulang.