July 9, 2013

Cuma 2000 perak

June 18th, 2013.

Saya sontak kaget dan bertanya-tanya. Ketika perjalanan menuju kantor, ada seorang ibu dan dua orang anaknya tiba-tiba memanggil saya dan meminta ongkos untuk naik angkutan umum. Semula saya tidak terlalu jelas apa yang dikatakannya, lalu saya mencoba mendekatinya dengan perasaan takut-takut. Takut dan cemas apakah si ibu benar hanya meminta uang atau ada modus lain seperti penipuan. Tapi saya mencoba memberanikan diri untuk mendekati dan menanyakan lagi apa yang dimintanya. Ternyata benar, ibu tersebut meminta ongkos untuk naik angkutan umum. Saya langsung mengatakan tidak punya uang receh lagi dan kebetulan saya juga ada keperluan untuk naik angkutan umum. Padahal saya mengantongi uang 2000an untuk naik angkutan umum juga. Ada tiga alasan saya awalnya tidak mau memberikan uang kepada si ibu, yaitu:

1. Saya melihat penampilan si ibu dengan dua orang anak. Ia tampak berkecukupan dengan penampilan setidaknya masih mampu untuk membayar ongkos angkutan umum yang hanya 2000 perak saja, Masa gak punya 2000 perak?

2. Saya malas mengambil uang receh lagi di dompet apalagi kondisinya saat itu sedang berada di pinggir jalan yang ramai dan rawan.

3. Saya takut dan cemas, jika saya sudah mengambil uang di dompet nanti jangan-jangan dompet saya diambil oleh orang lain yang berniat jahat atau diambil oleh si ibu.

Setelah beberapa detik diam dan memperhatikan si ibu dan dua orang anaknya, saya akhirnya membantu mereka. Salah satu anaknya memasang wajah memelas di depan saya sehingga membuat saya tidak tega juga dan berpikir, "Kenapa sih mau niat bantu tapi kok takut atau cemas?" Saya langsung membuka dompet untuk mengambil uang 2000an. Bodoh amat deh bagaimana nantinya, saya kasih dulu uangnya. Kalau-kalau nanti ada yang niat jahat mengambil dompet saya...yaaaa...sudah...Begitu pikir saya saat itu.

Saya memberikan uang 2000an itu kepada si anak. Dan mereka langsung tersenyum dan berterimakasih pada saya. Saya lalu meninggalkan ibu dan dua orang anaknya untuk menyeberang jalan. Ketika sudah sampai di seberang jalan, sambil menunggu angkutan umum, saya mengamati mereka masih berdiri di pinggir jalan. Entah mau kemana, kepentingannya apa, kenapa minta uang untuk ongkos naik angkutan umum padahal dilihat dari penampilan setidaknya mampu untuk bayar angkutan umum yang hanya 2000 perak, dan kenapa hanya minta 2000 perak? Apa jangan-jangan saya lagi ada di acara televisi yang program acaranya meliput orang yang ikhlas atau tidak membantu orang lain yang sedang kesusahan? Ah masa begitu.

Saya masih memikirkan kejadian tersebut seharian. Dan paling tidak jadi mempertanyakan niat saya yang sebenarnya ingin membantu orang tapi masih takut-takut dan cemas. Kenapa jadi saya berpikiran negatif terlebih dahulu sebelum saya berbuat sesuatu? Apa kalian pernah ada di posisi seperti itu? 

Saya percaya semua orang itu baik. Hanya kondisi dan situasi yang menyebabkan orang tidak melakukan hal-hal baik. Setiap orang pasti memiliki niat baik. Siapa sih yang tidak pernah menolong sesamanya? Pasti semua pernah. Entah itu untuk motif apa dan niatnya ikhlas atau tidak. Tapi terkadang niat yang baik saja tidak cukup tanpa keikhlasan dari diri kita masing-masing. Saya langsung mempertanyakan kebaikan saya. Saya ini ikhlas atau tidak sih sebenarnya? Cuma 2000 perak saja padahal tapi masih  mempertanyakan motif orang yang meminta bantuan.

Dasar manusia...masih aja selalu berpikiran negatif.

Saya berpikir lagi, ya ampun kenapa niat baik saya setengah-setengah. Di satu sisi saya mau sekali membantu dan di sisi lain saya takut. Menyesal rasanya kalau ternyata si ibu tadi memang pure hanya minta bantuan tanpa ada maksud jahat dan tadi sempat mengatakan ke ibu tersebut bahwa saya juga punya keperluan dan tidak membantu si ibu. Ingin rasanya mencabut semua ucapan saya terhadap si ibu.

Semua orang punya kebutuhan. Semua orang juga punya keperluan. Tapi masing-masing orang punya kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Mungkin mereka tidak punya uang 2000 perak, atau mungkin di luar sana memang masih banyak orang yang tidak semampu kita. Dan apa jadinya kalau saya tidak membantu si ibu dan dua orang anaknya? Terus apa jadinya kalau saya benar-benar memerlukan bantuan tapi tidak ada satu orang pun yang menolong saya. Sama sekali.

Ikhlas atau tidak adalah pilihan kita. Takut atau tidak juga pilihan kita. Semua hanya berawal dari niat.

2 comments:

Azizah Ananda said...

wah saya juga pernah kayak gini. ada ibuk2 yang tiba2 minta uang 2000 buat naik angkot, padahal penampilannya lumayan kelihatan mampu. Tapi karena kebettulan di kantong ada 3000; 2000+1000, waktu ibuknya ngeliat sy ngeluarin 3000, ibuknya malah bilang "3000 juga boleh mbk" hhh....

awalnya takut banget, kalau2 itu hipnotis...tapi ternyata enggak. he

Nuel said...

Aku juga pernah mengalaminya. Cukup sering sih. Saat ada yang datangi aku, adegannya persis kayak yang kamu alami, aku juga dilema. Plus ini juga lebih mencurigakan lagi, soalnya berpenampilan ala pegawai kantor. Tapi akhirnya, sisi baik yang menang.

Nggau munafik juga sih. Jaman sekarang memang susah cari duit, jadi banyak orang yang menghalalkan segala caranya, dan ya gitu, orang baik dan benar-benar perlu dikasihani susah dilihat secara kasat mata. Jadi kembali kepada kita sendiri. Niat nggak sih berbuat baik?

Soal niat atau nggak, jadi ingat temanku. Dulu mau pulang, habis ujian, ongkos kurang, eh ada teman mau minjemin. Pas di lain hari, aku mau balikin. Tahu nggak - dia nggak mau terima duitku? Katanya, ikhlas ngebantu. 0_o

Orang benar2 baik di era millenium memang susah dicari.