February 18, 2017

Siapa yang Mendoakan Kamu?

Pernah berpikir gak kalian bisa sampai sekarang ini, bangun pagi, sehat, pergi melakukan segala aktivitas masing-masing, berkendara di jalan, kerjaan lancar, pulang lagi ke rumah itu karena apa Kalau kalian menjawab karena 100% usaha kalian sendiri, Kalian harus mikir berkali-kali deh.
Pernah berpikir gak bahwa itu semua karena persentase doa dan persentase usaha dilakukan seimbang. Ya, jangan diukur lah ya. Yang pasti keduanya harus beriringan.

Dan, pernah berpikir gak atau berusaha sok menebak siapa aja sih orang-orang yang mendoakan kalian? Apapun yang kalian kerjakan, di saat kalian mendapat untung ataupun malang, itu karena doa seseorang. Seseorang itu siapa? Banyak.

Doa bukan hanya yang diucapkan di saat malam atau pagi hari, bukan di saat kita sedang kesusahan. Tapi juga harus diucapkan pada saat sedang bersukacita. Pagi ini gue kembali tersadarkan dan percaya bahwa gue bisa sampai disini sekarang karena doa banyak orang. Pertama, pastinya orang tua. Dan lainnya, gue gak tahu dan gue pengen tahu sebenernya siapa aja.

Katanya lagi nih, kalau nama kita terselip di doa seseorang berarti siapa tahu kita adalah orang yang berarti buat mereka yang mendoakan. Tapi masalahnya, doa bukan hanya ucapan khusyuk yang ditujukan kepada Tuhan aja, melainkan bisa ucapan dari orang yang mungkin sebagai kekesalan atau kemarahan semacam "Awas aja, gue doain.... (isi sendiri yang jelek-jelek)". Kalau seperti itu bagaimana?

February 15, 2017

Nulis (Lagi)

Tiba-tiba dua minggu terakhir ini, gue kangen nulis. Ya, nulis (lagi).
Banyak yang bilang, kalau mau mahir nulis harus banyak baca.
Berawal dari membaca. Baca yang banyak aja dulu. Pasti lama kelamaan otak kita jadi terbiasa dan menyerap banyak kata-kata yang sebelumnya gak pernah kita dengar.
Kuantitas bukan kualitas. Jangan kebanyakan mikir. Buang jauh-jauh rasa pengen edit tulisan karena takut opini atau komen orang-orang tentang tulisan kita.

Kenapa hasrat pengen nulis bisa ada lagi? Kenapa kangen nulis (lagi)?
Mungkin karena jenuh sama kerjaan. Jenuh harus disuruh-disuruh terus sama bos. Jenuh pulang malam terus. Jenuh akan rutinitas yang gitu-gitu aja. Gak ada taste atau interest lagi buat jalani kehidupan sebagai seorang karyawan swasta. Dan pengen sesuatu yang dirasa lagi ketika dulu masih sering-seringnya nulis.

Pernah kepikiran, begini.
Resign, pergi ke luar Jakarta, ambil banyak pengalaman di luar sana dan menulis sebanyak-banyaknya. Cita-cita dari dulu. Mau jadi orang yang punya buku sendiri (terlalu muluk gak ya?). Bukan sebagai karyawan terus atau lanjutin usaha orang tua. Atau paling nggak, pilihan terakhirnya adalah menjadi entrepreneur. Tapi menulis akan tetap punya kesan tersendiri. Mungkin karena dari dulu udah suka pelajaran Bahasa Indonesia, baca buku atau bukan tipe orang yang ekspresif sharing semuanya langsung secara verbal. Entah.

Semoga ini awal gue konsisten lagi nulis. Gak berharap banyak pembaca atau yang mampir dan sekedar ngintip ada apa sih di blog ini. Tapi memang akhir-akhir ini mau sharing apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang dilakukan. Bukan buat pamer. Gak ada niatan untuk itu karena gue tahu vlog masih jauh lebih ngetren saat ini dibanding blog. Tapi cuma rindu. Dan mungkin lagi merasa....sepi.